I. PENGERTIAN
1. Bahasa:
sahabat adalah bentuk plural atau jamak dari kata ” ash shohaabi “ yang bersal dari kata “ ash shohbatu “ Artinya perkawanan,kata ini di pakai untuk segala jenis persahabatan dan pertemanan meski hanya sesaat,sejam,sehari,sebulan dan seterusnya.
2. Istilah :
Orang yang bertemu dengan Nabi pada saat hidupnya dalam keadan muslim dan ketika mati ia juga tetap muslim.
penjelasan:
a). Orang yang bertemu dengan Nabi pada saat hidupnya :
Orang yang melihat Nabi tapi saat Nabi sudah wafat dan belum di kuburkan seperti penyair Abu dzua’ib Al Hudzali tidak di sebut sahabat .
b). Dalam keadaan muslim :
Orang yang bertemu Nabi pada saat Nabi masih hidup tapi ia masih kafir tidak di sebut sahabat,meskipun sesudah Nabi wafat ia masuk islam seperti utusan kaisar romawi.
c). Mati dalam keadaan muslim :
Orang yang murtad dan mati dalam keadaan murtad tidak di sebut menurut ibnu hajar.Orang yang murtad lalu masuk islam lagi di zaman Nabi masih hidup tetap di sebut sahabat,seperti Abdulloh bin Abi Sarh { Al ishobah 1/9}
II. DERAJAT SHOHABAT
Para sahabat mempunyai derajat yang sangat tinggi dalam islam.Dan mereka semua adaildan kita tidak perlu menyangsikan keadilan mereka.Maksud adil disini adalah :Adil menurut pengetian ilmu hadits.Seorang peroowi hadits harus adil dan dhobit ,adil artinya baik akhlaqnya,diennya lurus dan tidak mempunyai sifat yang mengurangi harga dirinya,sedang dhobit artinya :kuat hafalannya.
Semua ulama’ telah sepakat bahwa sohabat semuanya adil,berdasar Nash-nash Al Qur’an,as Sunnah dan ijam’ karena itu lucu sekali Aqidah syiah yang mengkafirkan selurah sahabat kecuali Ali,Anas,Salman,miqdad.Sikap dan aqidah mereka ini sangat lucu,daripada mereka belajar islam,Al Qur’an dan As Sunnah kalau tidak dari sahabat ? kalau seluruh sahabat kafir,kenapa Rosululloh berteman denga mereka ? Tidak ada yang menyangsikan keadilan para sahabat kecuali musuh-musuh Rosululloh,musuh-musuh islam.Orang syiah tidak belajar islam dari generasi sahabat karena mereka anggap telah kafir.Mereka belajar dari Abdullah bin Saba’,Yahudi yang pura-pura masuk Islam untuk merusak islam .
Karena itu ulama’ sepakat syi’ah itu kafir.Syi’ah bukan termasuk kelompok umat islam,syiah merupakan agama tersendiri,agama syiah.Mereka punya ilah yang mereka ibadahi : ada yang menuhankan Ali dan ada pula yang menuhankan imam-imam mereka, kitab suci mereka adalah mushaf yang kata mereka 3 kali lipat isi Al Qur’an, mushaf itu ada pada Fatimah.
Kembali kepada derajat sahabat, banyak sekali ayat dan Hadits yang menerangkan ketinggian derajat sahabat.
III. DALIL- DALIL AL QUR’AN
a) QS Al Fath :29
b) QS Al Hasyr :8-9
c) QS Al Anfal :74
d) QS Al Fath :14
e) QS At Taubah :118,100
f) QS An Nisa’ :143
Washat artinya sebaik-baik ummat dan seadil-adilnya, dalam perkataan, perbuatan dan niat mereka. Karena sifat ini para sahabat layak diangkat Allah menjadi para saksi bagi para rosul atas umat umat mereka yang kafir pada hari kiamat nanti. Allah menerima persaksian mereka sehingga mereka menjadi para saksi Allah, karena kemuliaan ini Allah memuliakan, memuji serta meninggikan nama mereka. Alloh memberitahu seluruh mahluq-Nya, malaikat dan lain lain bahwa para sahabat adalah para saksi Allah dan para nabi. Allah memerintahkan para malaikat untuk berdo’a bagi mereka dan memintakkan ampun bagi mereka. Saksi yang di terima di sisi Allah adalah yang di ketahui berilmu dan jujur sehingga bisa memberitahukan kebenaran berdasarkan ilmu, sebagaimana firman-Nya : Artinya : “ Kecuali orang-orang yang bersaksi dengan kebenaran dan mereka berilmu.” (QS Az Zukhruf : 86 ). [Ibnu Qoyyim, A’lam Muwaqi’in 4/102].
QS 3: 110. Orang yang paling berhak menerima sifat ini adalah para shahabat. Al Qur’an diturunkan kepada mereka, di zaman mereka dan perbuatan mereka sesuai dengan ayat.
QS 22 :78. Allah telah memilih para shahabat dan menjadikan mereka Ahlullah, orang-orang khusus dan pilihan-Nya setelah para nabi dan rasul. Karena itu Allah memerintahkan mereka unuk berjihad dengan sungguh-sungguh dengan cara mengerahkan seluruh kemampuan dan mengesakan-Nya dalam masalah kecintaan dan pengabdian dan menjadikan-Nya sebagai satu-satunya Ilah yang ditaati dan diabdi. Mereka mendahulukannya atas segala hal selain-Nya sebagaimana mereka dipilih Allah dan dijadikan-Nya auliya’-Nya. Allah menyatakan bahwa Ia melakukan hal ini agar Rasul-Nya menjadi saksi atas mereka dan mereka menjadi saksi atas seluruh umat manusia. [A’lam 4/102].
QS 27 : 59. Ibnu Abbas berkata,” Mereka adalah para shahabat Muhammad. Allah secara khusus memilih mereka untuk membantu nabi-Nya.” [Syarhu Sunah 7/71, dikuatkan oleh QS. (Fathir) 35 :32 lihat A’lam 4/100].
Keadilan, kesholehan dan ketaqwaan shahabat telah diakui Allah Ta’ala dari langit ketujuh, amat lucu sekali orang yang mencela shahabat. Sepandai apapun orang iitu, ia sama sekali tidak beradab dan mengenal Allah Ta’ala. [lihat QS. 9:32].
IV. DALIL -DALIL AS SUNAH
Dari Abu Sa’id dari Nabi beliau bersabda,” Janganlah kalian mencela shahabatku. demi Dzat yang nyawaku berada di tangan-Nya, jika salah seorang di antara kalian menginfakkan emas sebesar gunung Uhud pastilah tidak bisa menyamai segenggam infak mereka, tidak pula setengahnya.” [Bukhari 3673, Muslim 222/2541, Abu Daud 4658, Tirmidzi 3861].
Rasulullah bersabda demikian kepada Khalid bin Walid dan para shahabat lain yang baru masuk Islam pasca Perjanjian Hudaibiyah dan Fathu Makah. Kalau satu genggam atau setengahnya saja lebih utama dari infaq emas sebesar gunung Uhud para shahabat seperti khalid, lantas bagaimana mungkin Allah mencegah kebenaran dari fatwa-fatwa mereka ? Pastilah yang mereka fatwakan /katakan benar. [A’lam 4/10].
Dari Abdullah bin Mughafal al Muzani ia berkata,Rasulullah bersabda,” Takutlah kepada Allah dalam masalah shahabatku (beliau mengucapkannya) 2 X . Janganlah kalian menjadikan mereka sebagai obyek kritikan sesudah meninggalku. Siapa mencintai shahabatku maka demi rasa cintaku aku mencintainya dan barang siapa membenci shahabatku maka demi rasa benciku aku membencinya. Siapa menganiaya shahabatku maka ia telah menganiayaku, siapa menganiayaku berarti iia telah menganiaya Allah. Allah pasti akan mengadzabnya.” [Tirmidzi 3962, dishahihkan Ibnu Hibban dan disebutkan oleh al Haitsami dalam Mawaridu adh Dham’an 2284, Ahmad 4/87].
Dari Abu Musa ia berkata,” Kami sholat Maghrib bersama nabi lalu kami berkata,”Alangkah baiknya kalau kita menunggu di masjid sampai shalat Isya’ bersama beliau. Maka kami menunggu beliau sampai beliau keluar kepada kami, maka beliau bertanya,” Kalian masih di sini?” Kami menjawab,” Benar, Ya Rasulullah kami ingin mengerjakan Isya’ bersamamu.” Beliau bersabda,” Kalian telah berbuat baik dan benar.” Lalu beliau mengangkat wajah beliau menghadap langit dan memang beliau sering melakukan hal itu. Beliau bersabda,” Bintang-bintang itu penjaga amanat bagi isi langit, jika ia pergi maka isi langit akan ditimpa apa yang dijanjikan atas mereka. Aku adalah penjaga amanat bagi para shahabatku. Jika aku pergi, shahabatku akan ditimpa apa yang dijanjikan kepada mereka. Shahabatku adalah penjaga amanat bagi umatku, jika shahabatku tiada maka umatku akan ditimpa apa yang dijanjikan kepada mereka.” [Muslim 207/2531, Ahmad 4/399].
Rasulullah menyamakan kedudukan shahabat bagi orang-orang sesudah mereka dengan kedudukan beliau bagi para shahabat, bagaikan kedudukan bintang bagi llangit. Perumpamaan ini menunjukkan wajibnya umat Islam untuk mengambil petunjuk dari shahabat sebagaimana para shahabat mengambil petunjuk dari Rasulullah, sebagaimana para penduduk di bumi mengambil petunjuk (arah mata angin dsb) dari bintang-bointang di langit. Rasulullah menjadikan masih hidupnya para shahabat sebagai jaminan keselamatan bagi umat beliau dan pencegah dari segala keburukan dan sebab-sebab keburukan. [A’lam !V/104-105].
Dari Imran bin Hushain ia berkata,” Rasulullah bersabda,” Sebaik-baik umatku adalah generasi yang kepadanya aku diutus, lalu generasi sesudah mereka lalu generasi sesudah mereka.” [Muslim 2151, 2535, Tirmidzi 2222, Abu Daud 4657, Ahmad II/2228, Baihaqi X/160, Thabrani dalam al Kabir XVIII/213].
Rasulullah menyebutkan sebaik-baik generasi adalah generasi zaman beliau (para shahabat) secara mutlak tanpa perkecualian. Hal ini berarti mereka terdepan dalam semua kebajikan karena bila hanya kebaikan dalam beberapa hal saja, mereka tidak akan beliau sebut sebagai sebaik-baik generasi secara mutlak. [A’lam IV/104].
Dari Ibnu Mas’ud bahwasanya Nabi bersabda,” Sebaik-baik manusia adalah generasiku (shahabat) lalu generasi sesudah mereka (tabi’in) lalu generasi sesudah mereka (tabi’it tabi’in).” [Bukhari 3650, Muslim 2523].
Setelah ada rekomendasi dari Allah dan Rasulullah ini, kita tak perlu susah-susah menanggapi tuduhan-tuduhan keji orang-orang Syi’ah, para orientalis dan cendekiawan muslim yang teracuni oleh pemikiran mereka. Imam Nawawi menyatakan,” Para shahabat itu adil berdasar ijma’ ( kesepakatan ulama mujtahidun) baik yang terkena fitnah maupun tidak.” [At Taqrib hal. 214].Ijma’ tentang keadilan para shahabat ini juga dinyatakan oleh para ulama lain seperti Abu Zur’ah ar Razi, Ibnu Shalah, Al Khathib al Baghdadi, Ibnu Hajar, As Suyuthi, Asy Syaukani, Ash Shan’ani, Ibnu Abil Izz dan lain-lain. [...].
Wallahu A’lam Bish Shawab.
0 Comment:
Posting Komentar